Tan Malaka
#Repost @pecandubuku with @repostapp
・・・
TAN MALAKA: Bapak Republik yang Dilupakan
Penulis: Tim Buku TEMPO
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Pengulas: @reizaharits
Sejarah mencatat dua nama besar yang sudah tercantum dalam setiap buku-buku pengetahuan anak sekolah di republik ini: Soekarno dan Hatta. Dua nama pahlawan. Hero. Mereka tinggi dan ditinggikan. Republik mengenang mereka dengan gempita dan haru. Memunculkan rasa nostalgia yang seakan sarat dengan makna. Nostalgia akan sebuah masa ketika kata revolusi benar-benar berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari kaum 'wong cilik'. Tetapi bahkan dalam sebuah nostalgia seperti itu, selalu ada pembagian dan pertentangan di dalamnya. Antara yang dianggap benar dengan yang dianggap salah. Yang dianggap benar akan selalu digaungkan dengan nada-nada positif dan penuh dengan rasa kekaguman. Sementara untuk mereka yang dianggap salah, bahkan menyebut namanya saja sudah berdosa. Mereka diburamkan. Ditenggelamkan, bahkan setelah jauh mereka tenggelam dalam tanah. Bentuk pertentangan tersebut perlahan-lahan sunyi. Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah nama-nama yang sebelumnya ditulis dalam gelap. Memunculkan sosok-sosok antihero.
Tan termasuk salah satunya. Sulit mengenal atau mengetahui orang dengan sepak terjang yang kurang lebih sama legendarisnya dengan Tan Malaka. Cerdas, ulet, gigih, idealis, dan selalu bergerak berjuang, meski harus hinggap dalam bayang. Tan harus bermain dalam sebuah drama yang ia impikan. Sebuah karangan, impian akan suatu Republik yang berdaulat berdiri tanpa harus jatuh tersungkur kepada siapa pun. Sejarah kemudian bercerita. Diburamkan namanya. Dihapuskan dalam memori bersama. Tetapi sebagaimana seorang karakter yang bermain dalam panggung sejarah, Ia tetap ada, hadir dalam setiap napas yang dikeluarkan oleh Republik ini, sebagaimana Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan tokoh lainnya. Tan adalah seorang antihero, yang secara tragis ditelan dan hilang oleh impiannya sendiri.
#pecandubuku
・・・
TAN MALAKA: Bapak Republik yang Dilupakan
Penulis: Tim Buku TEMPO
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Pengulas: @reizaharits
Sejarah mencatat dua nama besar yang sudah tercantum dalam setiap buku-buku pengetahuan anak sekolah di republik ini: Soekarno dan Hatta. Dua nama pahlawan. Hero. Mereka tinggi dan ditinggikan. Republik mengenang mereka dengan gempita dan haru. Memunculkan rasa nostalgia yang seakan sarat dengan makna. Nostalgia akan sebuah masa ketika kata revolusi benar-benar berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari kaum 'wong cilik'. Tetapi bahkan dalam sebuah nostalgia seperti itu, selalu ada pembagian dan pertentangan di dalamnya. Antara yang dianggap benar dengan yang dianggap salah. Yang dianggap benar akan selalu digaungkan dengan nada-nada positif dan penuh dengan rasa kekaguman. Sementara untuk mereka yang dianggap salah, bahkan menyebut namanya saja sudah berdosa. Mereka diburamkan. Ditenggelamkan, bahkan setelah jauh mereka tenggelam dalam tanah. Bentuk pertentangan tersebut perlahan-lahan sunyi. Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah nama-nama yang sebelumnya ditulis dalam gelap. Memunculkan sosok-sosok antihero.
Tan termasuk salah satunya. Sulit mengenal atau mengetahui orang dengan sepak terjang yang kurang lebih sama legendarisnya dengan Tan Malaka. Cerdas, ulet, gigih, idealis, dan selalu bergerak berjuang, meski harus hinggap dalam bayang. Tan harus bermain dalam sebuah drama yang ia impikan. Sebuah karangan, impian akan suatu Republik yang berdaulat berdiri tanpa harus jatuh tersungkur kepada siapa pun. Sejarah kemudian bercerita. Diburamkan namanya. Dihapuskan dalam memori bersama. Tetapi sebagaimana seorang karakter yang bermain dalam panggung sejarah, Ia tetap ada, hadir dalam setiap napas yang dikeluarkan oleh Republik ini, sebagaimana Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan tokoh lainnya. Tan adalah seorang antihero, yang secara tragis ditelan dan hilang oleh impiannya sendiri.
#pecandubuku
Komentar
Posting Komentar